DERAJAT KESEHATAN WARGA KOTA PROBOLINGGO
Dr Bambang Agus : ”Diupayakan seoptimal mungkin memenuhi
target”
Pembangunan bidang kesehatan ada tatanan yang harus
dijalani. Selain penyusunan Renstrada (rencana strategi daerah) tiap 5 tahun
sekali. Juga menentukan langkah-langkah untuk mencapai peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Hal ini dilakukan sejalan dengan visi-misi Dinas Kesehatan
Kota Probolinggo. Dengan visi ”Masyarakat Kota Probolinggo mandiri untuk hidup
sehat”.
Sedangkan misinya, mewujudkan masyarakat Kota Probolinggo
sehat. Juga sekaligus mewujudkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau.
Derajat kesehatan yang hendak dicapai meliputi; penurunan
angka kematian bayi, penurunan angka kematian ibu dan peningkatan umur harapan
hidup.
Indikator untuk mencapai itu dibuatlah Standard Pelayanan
Minimal (SPM) sebagai tolok ukur keberhasilan bidang kesehatan.
Ada 18 item indikator kinerja SPM yakni;
- kunjungan ibu hamil,
- komplikasi kebinaan yang ditangani,
- pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebinaan
- pelayanan nifas
- neonatus dengan komplikasi yang ditangani
- kunjungan bayi
- desa/kelurahan Universal Child Immunization
- pelayanan anak balita
- pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
- balita gizi buruk mendapat perawatan
- penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
- peserta KB aktif
- penemuan penderita Pneumonia balita
- penemuan pasien baru BTA positif (TBC)
- penemuan DBD yang ditangani
- penemuan penderita diare
- pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin
- pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
- pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan
Sarkes
- desa/kel mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam
- desa siaga aktif
Dari beberapa indikator tersebut, sejauh ini sudah
menunjukkkan perkembangan yang lebih baik. Mengingat saat ini juga sudah
mengarah pada program MDGs (Millenium Development Goals) 2015.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Probolinggo, Dr Bambang Agus
Suwignyo, M.Mkes menuturkan seputar perkembangan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di daerahnya.
Apabila ditinjau dari sisi aspek pelayanan kesehatan sudah
tercukupi. Sarana dan prasarana kesehatan di puskesmas cukup memadai dan sudah
mengikuti perkembangan teknologi.
Bahkan jenis pelayanan lebih variatif, sesuai dengan usulan
masyarakat. Ia mencontohkan berbagai pelayanan unggulan dari masing-masing
puskesmas sehingga memiliki brand tersendiri.
-Untuk puskesmas Kanigaran spesifik dengan pelayanan gigi
dengan tenaga ahli dokter spesialis gigi.
- Puskesmas Wonoasih khusus untuk pelayanan opeasi caesar
dengan tenaga medis dokter spesialis kebidanan dan kandungan plus peraltan
canggihnya USG 4 dimensi.
- Puskesmas Jati khusus pelayanan Akupuntur dengan alat
acupressure.
- Puskesmas Sukabumi spesifik untuk pelayanan Mata dan
operasi katarak.
- Puskesmas Kedopok khusus pelayanan bagi para Lansia.
- Puskesmas
Ketapang untuk pelayanan kegawat daruratan.
Namun demikian, bukan berarti puskesmas tersebut tidak ada
pelayanan tambahan. Semua pelayanan tetap bisa dilaksanakan, hanya masyarakat
lebih banyak pilihan.
Bila menginginkan yang lebih spesifik dengan tenaga medis
dokter spesialis, tinggal menuju puskesmas sesuai dengan kebutuhannya.
”Tuntutan masyarakat yang menghendaki dokter spesialis di
puskesmas sudah terakomodir,”urai Dr Bambang Agus di ruang kerjanya.
Hal ini menandakan masyarakat sudah memiliki pemikiran lebih
maju untuk meningkatkan derajat kesehatan dirinya. Termasuk perubahan perilaku
menuju hidup sehat juga sudah ada peningkatan.
Baginya, saat ini masyarakat juga sudah berani memberikan
saran dan kritik yang membangun terhadap
pelayanan kesehatan. Mereka bisa melakukannya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Untuk saran dan kritikan secara langsung biasanya
disampaikan ke pihak puskesmas secara lisan.Sedangkan penyampaian secara tidak
langsung, bisa melalui kotak saran maupun lewat media elektronik milik
Pemerintah seperti Radio Suara Kota Probolinggo.
”Upaya penyelesaian masalah- masalah tersebut dilakukan baik
secara internal maupun eksternal,” tegas dokter berkacamata itu.
Namun demikian, yang paling berperan dalam peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yakni faktor lingkungan dan perilaku.
Upaya preventif dan promotif juga memegang peranan yang
penting. Dan tidak mungkin bisa terlaksana bila hanya mengandalkan tenaga
kesehatan saja. Perlu adanya dukungan dari semua pihak seperti peran tokoh
masyarakat, para stakeholder serta seluruh elemen yang ada.
“Sejauh ini secara universal kesadaran masyarakat sudah
bagus, akan tetapi masih ada beberapa persepsi yang salah,”ungkapnya. Ia
mencontohkan bebrapa kendala yang terjadi di lapangan akibat kesalahan persepsi
tersebut.
Misalnya, masih ada yang memiliki pemikiran keliru tentang
masalah kesehatan. dianggapnya tanggung jawab mutlak petugas kesehatan.
Kemudian anggapan yang salah tentang tindakan kuratif (pengobatan) dianggap
lebih penting daripada preventif (pencegahan).
Untuk itu secara continue masih diperlukan
langkah –langkah kongkrit agar masyarakat bisa merubah kebiasaan
buruknya sehingga berperilaku hidup bersih dan sehat.
“Meski tidak mudah,
tapi diupayakan seoptimal mungkin memenuhi target,”tegas dokter Bambang Agus.
Ia menerangkan seputar pembangunan kesehatan sebagai sebuah
investasi, karena yang digarap manusianya. Tingkat keberhasilannya baru bisa
diukur setelah jangka waktunya mencapai 10 – 15 tahun ke depan.
Namun secara umum di kota Probolinggo sudah menunjukkan
kemajuan yang pesat. Ini terbukti dengan tercapainya indikator SPM (standard
pelayanan minimal) tahun 2009.
Yang lebih penting, seluruh elemen bisa mendukung berbagai
program pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan. Mulai masyarakatnya,
para stakeholder, tokoh masyarakat, LSM dan semua lapisan bersama-sama
menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ada.
KUALITAS HIDUP SEHAT DAN PARTISIPASI SUDAH TERBANGUN
Secara Universal masyarakat sudah memiliki kesadaran untuk
hidup sehat. Beberapa gerakan menjaga kebersihan di wilayahnya masing - masing
gencar dilakukan. Kegiatan Jum’at Minggu bersih (Jumingsih) rutin dilakukan
baik dari kalangan aparatur pemerintahan maupun masyarakat sendiri.
Koordinator forum kota sehat Sukardi Mitho menuturkan
tentang berbagai aktifitas dan promosi kesehatan yang sudah dilakukan oleh
berbagai pihak.
“Gerakan itu memang belum sepenuhnya, karena masih
didominasi kalangan berpendidikan menengah keatas. Sedangkan untuk kalangan
bawah masih perlu ditingkatkan,”ungkapnya via telpon.
Upaya untuk mengkampanyekan hidup sehat harus terus
dikumandangkan. Entah itu melalui kegiatan rutin di masyarakat seperti
posyandu, Tim penggerak PKK, atau di pertemuan lainnya.
Sukardi Mitho menilai masih perlunya kooordinasi dan
kekompakan dari seluruh dinas, instansi di lingkungan Pemkot.
“Karena persoalan kesehatan ini dinamis dan kompleks, tidak bisa
hanya mengandalkan Dinas Kesehatan semata. Lintas sektoral juga harus
mendukungnya. Apalagi progress-nya sudah cukup bagus, sarana dan prasarana
kesehatan juga memadai,” urainya.
Peningkatan kesehatan ini bisa terwujud bila Pemerintah bisa
meyakinkan masyarakat bahwa hidup sehat itu sebuah kebutuhan. “Saya yakin bisa
tercapai, ditambah media yang juga ikut mensupport untuk promosi
kesehatan,”harapnya.
Selama ini warga pinggiran-pun sudah mulai menerapkan hidup
sehat tersebut. Mereka sudah paham tentang sanitasi serta menjalankan perilaku
hidup bersih dan sehat lainnya.
Selain itu beberapa penghargaan yang diraih kota Probolinggo
seperti Adipura, maupun penghargaan kota Sehat bisa menjadi spirit bagi warga
kota Probolinggo.
Mereka termotivasi untuk berpartisipasi dan menciptakan kondisi lingkungan bersih dan sehat .
Sehingga harapan terwujudnya kualitas hidup sehat bisa tercapai. (yul)
Hak Cipta © 2012 HUMAS & PROTOKOL PEMERINTAH KOTA
PROBOLINGGO. Dilindungi oleh Undang-undang Designed by Yudi Susanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar