Entri Populer

Jumat, 20 April 2012

Derajat Kesehatan Warga Probolinggo


DERAJAT KESEHATAN WARGA KOTA PROBOLINGGO

 
Dr Bambang Agus : ”Diupayakan seoptimal mungkin memenuhi target”

Pembangunan bidang kesehatan ada tatanan yang harus dijalani. Selain penyusunan Renstrada (rencana strategi daerah) tiap 5 tahun sekali. Juga menentukan langkah-langkah untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Hal ini dilakukan sejalan dengan visi-misi Dinas Kesehatan Kota Probolinggo. Dengan visi ”Masyarakat Kota Probolinggo mandiri untuk hidup sehat”.

Sedangkan misinya, mewujudkan masyarakat Kota Probolinggo sehat. Juga sekaligus mewujudkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

Derajat kesehatan yang hendak dicapai meliputi; penurunan angka kematian bayi, penurunan angka kematian ibu dan peningkatan umur harapan hidup.

Indikator untuk mencapai itu dibuatlah Standard Pelayanan Minimal (SPM) sebagai tolok ukur keberhasilan bidang kesehatan.

Ada 18 item indikator kinerja SPM yakni;

- kunjungan ibu hamil,

- komplikasi kebinaan yang ditangani,

- pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebinaan

- pelayanan nifas

- neonatus dengan komplikasi yang ditangani

- kunjungan bayi

- desa/kelurahan Universal Child Immunization

- pelayanan anak balita

- pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan

- balita gizi buruk mendapat perawatan

- penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

- peserta KB aktif

- penemuan penderita Pneumonia balita

- penemuan pasien baru BTA positif (TBC)

- penemuan DBD yang ditangani

- penemuan penderita diare

- pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

- pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

- pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan Sarkes

- desa/kel mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

- desa siaga aktif

Dari beberapa indikator tersebut, sejauh ini sudah menunjukkkan perkembangan yang lebih baik. Mengingat saat ini juga sudah mengarah pada program MDGs (Millenium Development Goals) 2015.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Probolinggo, Dr Bambang Agus Suwignyo, M.Mkes menuturkan seputar perkembangan peningkatan derajat kesehatan masyarakat di daerahnya.

Apabila ditinjau dari sisi aspek pelayanan kesehatan sudah tercukupi. Sarana dan prasarana kesehatan di puskesmas cukup memadai dan sudah mengikuti perkembangan teknologi.

Bahkan jenis pelayanan lebih variatif, sesuai dengan usulan masyarakat. Ia mencontohkan berbagai pelayanan unggulan dari masing-masing puskesmas sehingga memiliki brand tersendiri.

-Untuk puskesmas Kanigaran spesifik dengan pelayanan gigi dengan tenaga ahli dokter spesialis gigi.

- Puskesmas Wonoasih khusus untuk pelayanan opeasi caesar dengan tenaga medis dokter spesialis kebidanan dan kandungan plus peraltan canggihnya USG 4 dimensi.

- Puskesmas Jati khusus pelayanan Akupuntur dengan alat acupressure.

- Puskesmas Sukabumi spesifik untuk pelayanan Mata dan operasi katarak.

- Puskesmas Kedopok khusus pelayanan bagi para Lansia.

-         Puskesmas Ketapang untuk pelayanan kegawat daruratan.

Namun demikian, bukan berarti puskesmas tersebut tidak ada pelayanan tambahan. Semua pelayanan tetap bisa dilaksanakan, hanya masyarakat lebih banyak pilihan.

Bila menginginkan yang lebih spesifik dengan tenaga medis dokter spesialis, tinggal menuju puskesmas sesuai dengan kebutuhannya.

”Tuntutan masyarakat yang menghendaki dokter spesialis di puskesmas sudah terakomodir,”urai Dr Bambang Agus di ruang kerjanya.

Hal ini menandakan masyarakat sudah memiliki pemikiran lebih maju untuk meningkatkan derajat kesehatan dirinya. Termasuk perubahan perilaku menuju hidup sehat juga sudah ada peningkatan.

Baginya, saat ini masyarakat juga sudah berani memberikan saran dan  kritik yang membangun terhadap pelayanan kesehatan. Mereka bisa melakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk saran dan kritikan secara langsung biasanya disampaikan ke pihak puskesmas secara lisan.Sedangkan penyampaian secara tidak langsung, bisa melalui kotak saran maupun lewat media elektronik milik Pemerintah seperti Radio Suara Kota Probolinggo.

”Upaya penyelesaian masalah- masalah tersebut dilakukan baik secara internal maupun eksternal,” tegas dokter berkacamata itu.

Namun demikian, yang paling berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat yakni faktor lingkungan dan perilaku.

Upaya preventif dan promotif juga memegang peranan yang penting. Dan tidak mungkin bisa terlaksana bila hanya mengandalkan tenaga kesehatan saja. Perlu adanya dukungan dari semua pihak seperti peran tokoh masyarakat, para stakeholder serta seluruh elemen yang ada.

“Sejauh ini secara universal kesadaran masyarakat sudah bagus, akan tetapi masih ada beberapa persepsi yang salah,”ungkapnya. Ia mencontohkan bebrapa kendala yang terjadi di lapangan akibat kesalahan persepsi tersebut.

Misalnya, masih ada yang memiliki pemikiran keliru tentang masalah kesehatan. dianggapnya tanggung jawab mutlak petugas kesehatan. Kemudian anggapan yang salah tentang tindakan kuratif (pengobatan) dianggap lebih penting daripada preventif (pencegahan).

Untuk itu secara continue masih  diperlukan  langkah –langkah kongkrit agar masyarakat bisa merubah kebiasaan buruknya sehingga berperilaku hidup bersih dan sehat.

“Meski tidak  mudah, tapi diupayakan seoptimal mungkin memenuhi target,”tegas dokter  Bambang Agus.

Ia menerangkan seputar pembangunan kesehatan sebagai sebuah investasi, karena yang digarap manusianya. Tingkat keberhasilannya baru bisa diukur setelah jangka waktunya mencapai 10 – 15 tahun ke depan.

Namun secara umum di kota Probolinggo sudah menunjukkan kemajuan yang pesat. Ini terbukti dengan tercapainya indikator SPM (standard pelayanan minimal) tahun 2009.

Yang lebih penting, seluruh elemen bisa mendukung berbagai program pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan. Mulai masyarakatnya, para stakeholder, tokoh masyarakat, LSM dan semua lapisan bersama-sama menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ada.



KUALITAS HIDUP SEHAT DAN PARTISIPASI SUDAH TERBANGUN

Secara Universal masyarakat sudah memiliki kesadaran untuk hidup sehat. Beberapa gerakan menjaga kebersihan di wilayahnya masing - masing gencar dilakukan. Kegiatan Jum’at Minggu bersih (Jumingsih) rutin dilakukan baik dari kalangan aparatur pemerintahan maupun masyarakat sendiri.

Koordinator forum kota sehat Sukardi Mitho menuturkan tentang berbagai aktifitas dan promosi kesehatan yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak.

“Gerakan itu memang belum sepenuhnya, karena masih didominasi kalangan berpendidikan menengah keatas. Sedangkan untuk kalangan bawah masih perlu ditingkatkan,”ungkapnya via telpon.

Upaya untuk mengkampanyekan hidup sehat harus terus dikumandangkan. Entah itu melalui kegiatan rutin di masyarakat seperti posyandu, Tim penggerak PKK, atau di pertemuan lainnya.

Sukardi Mitho menilai masih perlunya kooordinasi dan kekompakan dari seluruh dinas, instansi di lingkungan Pemkot.

“Karena persoalan kesehatan ini dinamis dan kompleks, tidak bisa hanya mengandalkan Dinas Kesehatan semata. Lintas sektoral juga harus mendukungnya. Apalagi progress-nya sudah cukup bagus, sarana dan prasarana kesehatan juga memadai,” urainya.

Peningkatan kesehatan ini bisa terwujud bila Pemerintah bisa meyakinkan masyarakat bahwa hidup sehat itu sebuah kebutuhan. “Saya yakin bisa tercapai, ditambah media yang juga ikut mensupport untuk promosi kesehatan,”harapnya.

Selama ini warga pinggiran-pun sudah mulai menerapkan hidup sehat tersebut. Mereka sudah paham tentang sanitasi serta menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat  lainnya.

Selain itu beberapa penghargaan yang diraih kota Probolinggo seperti Adipura, maupun penghargaan kota Sehat bisa menjadi spirit bagi warga kota Probolinggo.

Mereka termotivasi untuk berpartisipasi dan menciptakan  kondisi lingkungan bersih dan sehat . Sehingga harapan terwujudnya kualitas hidup sehat bisa tercapai. (yul)
Hak Cipta © 2012 HUMAS & PROTOKOL PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO. Dilindungi oleh Undang-undang Designed by Yudi Susanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar